Penerbit: Daun Publishing
Penulis: Dr. Muhammad Muhammad Badri
Penulis: Dr. Muhammad Muhammad Badri
Ukuran: 16,5 cm x 24,5 cm
Tebal: 896 halaman
Berat: 1,5kg, Hard Cover
Tebal: 896 halaman
Berat: 1,5kg, Hard Cover
Resensi:
Buku ini mengajarkan bagaimana seni mendidik anak, selain itu juga mengingatkan para orang tua tentang tujuan mendidik anak, sarana apa yang bisa digunakan untuk mencapainya, juga melihat karakteristik anak sehingga bisa diarahkan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Cuplikan Isi Buku
Bab 2: Mengertilah perasaannya Understand His Feelings.
1. Mendengar Hati = Menguasai akal
Anda mengundang seorang kawan kesayangan Anda untuk makan malam, sewaktu ia sedang menyantap makanannya, tiba-tiba tangannya menyenggol gelas susu hingga tumpah, apa kiranya yang akan Anda katakan kepadanya?.
Tentu saja Anda akan berkata, Tidak apa-apa kok, itu sering kejadian; biasa. Tunggu sebentar, biar saya keringkan; biar saya bersihkan tempatnya. Bukankah itu reaksi Anda dengan kawan Anda?.
Nah, tatkala peristiwa yang sama terjadi dengan anak Anda, ternyata reaksi Anda: Lagi-lagi engkau menumpahkan susu! Kan sudah ayah/ibu katakan berkali-kali agar engkau lebih hati-hati! Atau: Dasar anak tolol! Lihat tuh taplak meja jadi rusak!.
Benar. Orang tua harus melontarkan kritik terhadap anak karena keadaan tidak akan selamanya sesuai harapan, tetapi masalahnya adalah: sewaktu melontarkan kritik, kita kerap masa bodo terhadap perasaan anak, dan kita mengira bahwa si anak harus sebagai kompensasi atas asuhan dan pengurusan kita mendengar dan menjalankan semua kata-kata kita. Ini tidak benar. Anak memiliki perasaan yang lengkap dengan tingkatan nalar yang masih rendah, sehingga kebutuhannya akan cinta dan perlakuan halus jauh lebih besar daripada kebutuhan orang dewasa.
1. Mendengar Hati = Menguasai akal
Anda mengundang seorang kawan kesayangan Anda untuk makan malam, sewaktu ia sedang menyantap makanannya, tiba-tiba tangannya menyenggol gelas susu hingga tumpah, apa kiranya yang akan Anda katakan kepadanya?.
Tentu saja Anda akan berkata, Tidak apa-apa kok, itu sering kejadian; biasa. Tunggu sebentar, biar saya keringkan; biar saya bersihkan tempatnya. Bukankah itu reaksi Anda dengan kawan Anda?.
Nah, tatkala peristiwa yang sama terjadi dengan anak Anda, ternyata reaksi Anda: Lagi-lagi engkau menumpahkan susu! Kan sudah ayah/ibu katakan berkali-kali agar engkau lebih hati-hati! Atau: Dasar anak tolol! Lihat tuh taplak meja jadi rusak!.
Benar. Orang tua harus melontarkan kritik terhadap anak karena keadaan tidak akan selamanya sesuai harapan, tetapi masalahnya adalah: sewaktu melontarkan kritik, kita kerap masa bodo terhadap perasaan anak, dan kita mengira bahwa si anak harus sebagai kompensasi atas asuhan dan pengurusan kita mendengar dan menjalankan semua kata-kata kita. Ini tidak benar. Anak memiliki perasaan yang lengkap dengan tingkatan nalar yang masih rendah, sehingga kebutuhannya akan cinta dan perlakuan halus jauh lebih besar daripada kebutuhan orang dewasa.
Harga : Rp 210.000
SMS/WA: 085725075823 atau klik www.bit.ly/wanitashalihah
No comments:
Post a Comment