Tradisi dan amaliah dibulan Ramadhan, seperti Ruwahan, Megengan, shalat tarawih 20 rakaat dan berdzikir dengan suara keras setelah melakukan salam pada shalat tarawih, begitu pula perkataan Imam atau Bilal, Asshalaatu Yarhakumullah, tidak pernah disyariatkan oleh Rasulullah, tidak pula oleh para sahabat maupun orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Oleh karena itu hendaktah kita merasa cukup dengan sesuatu yang telah mereka contohkan. Seluruh kebaikan adalah dengan mengikuti jejak mereka dan segata keburukan adalah dengan membuat-buat perkara baru yang tidak ada tuntunannya dari mereka.
Jika kita cermati hampir semua Tradisi dan budaya yang dilakukan oleh mayoritas orang-orang NU, tidak bisa lepas dari peran para Kyai yang menyampaikan dakwah Islam ini dengan mengadopsi budaya lokal setempat.
Apakah Rasutullah, berdakwah dengan cara mencampur adukkan budaya Jahiliyah!? apalagi Ruwahan, Megengan, dan Lain-Lainnya, tambah aneh lagi dan bukan budaya para sahabat atau ulama terdahutu. la sekedar budaya Kyai ahli bidah, tidak pernah saya lihat budaya dan tradisi tersebut dilakukan di kalangan masyarakat Makkah, Madinah, Muhammadiyah, apalagi dari kalangan salafy !
Buku ini akan memaparkan secara terperinci, jelas dan gamblang, bahwa amatiyah yang sudah berurat dan berakar, sudah tentu telah menjadi tradisi dan budaya orang-orang NU dibulan Ramadhan, ternyata tidak memiliki landasan hukum yang kuat, baik dari al-Quran maupun al-Hadits Rasulullah yang shahih !
Kalau hanya sekedar hadits dhaif dan palsu sebagai sandaran amaliahnya, apalagi hanya kata kyai fulan A-B-C-D, ya sudah kacau pemahaman agamanya, karena mereka sudah berani berdusta atas nama Nabi, dalam mengamalkan amaliahnya. Sebab penyebaran hadist lemah dan palsu.
Harga : Rp 140.000
Pesan via WA: 085725075823
No comments:
Post a Comment