Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi kalimat syahadat yang telah diikrarkan seorang muslim. Islam adalah agama yang mengajarkan ketauhidan yang artinya Allah diakui sebagai satu-satunya Rabb (Yang Menguasai) sehingga semua selain Allah adalah ‘abd (yang dikuasai), adalah Rabb Yang Berkuasa dalam penciptaan, pengurusan dan kerajaan alam semesta, sebagai satu-satunya Pencipta adalah juga Yang Memberi rezeki, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, serta Yang Memberi manfaat dan bahaya, yang mengurus segala sesuatu.
Pengakuan Allah sebagai satu-satunya Rabb berkonsekuensi penyembahan makhluk kepada Rabbnya semata. Ibadah kepada Allah merupakan perbuatan makhluk untuk merendahkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya seumur hidup. Ibadah tidak boleh ditujukan sedikit pun kepada selain Allah. Beribadah kepada selain Allah, meskipun juga menyembah Allah, adalah dosa yang paling besar dalam Islam yang disebut dengan syirik, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” Qur'an Luqman:13.
Mazhab adalah penggolongan suatu hukum dalam melaksanakan ibadah Agama Islam. Islam ada berapa mazhab? Yang populer ada 4 mazhab yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. Mazhab Hanafi digunakan Umat Islam di Pakistan, India, China, Turki dan sekitarnya. Sedangkan Mazhab Syafi'i mayoritas dipakai umat Islam di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand dan sekitarnya.
Madzab Hambali digunakan Umat Islam di Saudi Arabia dan menjadi mazhab resminya. Kadang eksis dan besar di suatu tempat pada suatu zaman, lalu berganti zaman mazhab itu pun surut dan pindah ke wilayah lain. Di tempat itu lalu datang mazhab yang lain dan malah jadi besar di situ.
Kalau Kita cerita tentang negeri Hijaz seperti Mekkah, Madinah dan sekelilingnya, pasang-surut mazhab fiqih pun dinamis. Awalnya yang eksis di Madinah, Mekkah dan sekitarnya adalah mazhab Maliki. Boleh dibilang bahwa tanah Arab di masa itu didominasi Mazhab Maliki.
Sepeninggal Imam Malik, Mekkah dan Madinah pun pernah didominasi Mazhab Asy-Syafi'i yang sebenarnya juga merupakan murid utama dan kader langsung dari Imam Malik. Namun Imam Asy-Syafi'i mendirikan mazhab sendiri yang berbeda. Murid-murid Imam Malik yang lain ada yang masih meneruskan tradisi keilmuan Mazhab Malik, namun terpusat di Maghribah Afrika seperti Tunis, Al-Jazair, Maroko, Spanyol dan sekitarnya.
Al-Imam Asy-Syafi'i sendiri mengembangkan Mazhab Maliki dan lebih menyempurnakannya sehingga menjadi identik sebagai Mahzhab Syafi'i. Namun di masa jayanya, Imam Asy-Syafi'i memang tidak tinggal di Mekkah, beliau malah mendirikan mazhabnya yang amat besar itu di Irak, yaitu Baghdad yang waktu itu memang jadi ibu kota peradaban Islam. Namun murid-murid beliau banyak yang mengajarkan mazhabnya di Mekkah dan Madinah.
Bahkan nantinya banyak ulama Mazhab Syafi'i yang jadi imam di kedua masjid suci umat Islam. Namun keberadaan Mazhab Asy-Syafi'i yang dominan di kedua negeri haram itu sifatnya tidak menafikan keberadaan mazhab lain. Meski Mazhab Asy-Syafi'i mendominasi, namun empat mazhab tetap eksis dan diberi ruang, baik Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali.
Coba perhatikan, dulu KH Hasyim Asyari pendiri NU itu belajar fiqih Mazhab Syafi'i di Mekkah, termasuk juga Syeikh Yasin Al-Fadani dan banyak ulama nusantara yang merupakan lulusan madrasah di Masjid Al-Haram. Yang menarik ternyata di masa lalu semua mazhab itu hidup rukun, damai dan saling bantu. Tapi bukan dalam rangka membodohi muridnya yang bermazhab Syafi'i sambil menggiring opini pindah mazhab ke Maliki. Tidak demikian.
Itulah jawaban atas pertanyaan: Islam ada berapa mazhab?
Islam ada berapa aliran di Indonesia? Berbagai aliran Islam saat ini bersumber dari keragaman pemikiran para pendahulu. Dalam Islam sebenarnya banyak aliran, yang menyebarkan serta mengajarkan Islam dengan berbagai versi.
1. Syiah, memiliki beberapa pandangan, yaitu:
a. Syiah menolak hadits yang tidak diriwayatkan Ahlul Bait.
b. Memandang imam itu orang suci.
c. Tidak mengakui Ijma tanpa adanya imam.
d. Memandang bahwa menegakkan kepemimpinan termasuk rukun agama.
e. Tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq, Umar Ibnul Khattab dan Usman bin Affan.
Dalam Ajaran Syiah, seseorang dikatakan beriman jika memenuhi lima rukun, yaitu At-Tauhid, An Nubuwwah, Al Imamah, Al Adlu dan Al Ma’ad.
2. Sunni (Ahlus Sunnah wal Jamaah). Umat Islam di Indonesia dominan aliran Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bagi Ahli Sunnah wal Jamaah sumber hukumnya banyak. Ada Alquran yang pertama, yang kedua Hadist, yang ketiga Ijtimak, yang keempat baru Qiyas.
3. Khawarij, berpendapat bahwa Surat Yusuf bukan termasuk surat dalam Qur'an karena dianggap mengandung cerita-cerita.
4. Islam Jamaah. Mengutip Majelis Ulama Indonesia (MUI), paham Islam Jamaah muncul di Indonesia pada 1970-an. Paham yang dianut aliran ini, yaitu:
a. Menganggap Umat Islam yang tak termasuk Islam Jamaah termasuk 72 golongan yang pasti masuk neraka.
b. Umat Islam harus mengangkat Amirul Mukminin yang menjadi pusat pimpinan.
c. Pengikut aliran ini harus memutuskan hubungan dengan penganut golongan lain, walaupun orang tuanya sendiri, dianggap tidak sah salatnya jika dilakukan di belakang orang yang bukan Islam Jamaah.
d. Perkawinan yang sah dalam aliran ini adalah perkawinan yang direstui Amirul Mukminin.
5. Ahmadiyah Qadian. Mengutip laporan ilmiah publikasi Universitas Andalas, Ahmadiyah berasal dari Qadian di IndiaIndia, memiliki kepercayaan, ada nabi setelah Muhammad, yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Seiring dengan perkembangannya, ajaran Mirza berhasil menyebar ke negara lain, yaitu Inggris, Amerika, Jerman dan Indonesia. Di Indonesia, Ahmadiyah pertama kali dikenal oleh tiga orang Sumatera Barat yang pergi ke India pada 1922.
Itulah jawaban atas pertanyaan: Islam ada berapa aliran di Indonesia?
Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman. Islam artinya menurut bahasa adalah agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Islam juga agama yang mengajarkan umatnya untuk menebarkan keselamatan dan kedamaian, antara lain tercermin dalam bacaan shalat –sebagai ibadah utama– yakni ucapan doa keselamatan “Assalamu’alaikum warohmatullah” –semoga keselamatan dan kasih sayang Allah dilimpahkan kepadamu– sebagai penutup salat.
Kata Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama, merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini. Ditinjau dari segi bahasanya, yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:
1. Islam berasal dari kata ‘salm’, merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang mengajarkan umatnya untuk cinta damai bukan peperangan dan kekacauan.
2. Islam berasal dari kata ‘aslama’, artinya berserah diri, yakni berserah diri kepada aturan Allah SWT, menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT, ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. An-Nisa : 125).
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya Kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya.
“Katakanlah: “Sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am : 162).
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran : 83).
3. Islam berasal dari kata istaslama–mustaslimun, artinya penyerahan total kepada Allah SWT. Seorang Muslim diperintahkan untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta yang dimiliki hanya kepada Allah SWT.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 208).
Apabila orang memeluk Islam dengan baik maka ia akan mendapatkan kedamaian dan memberikan kedamaian kepada orang di sekitarnya. Dengan demikian, siapa pun yang memeluk Islam, dia akan selamat dan damai, baik untuk dirinya maupun menyelamatkan serta menebarkan kedamaian untuk pihak lain. Nabi Muhammad SAW dalam khutbah haji perpisahan bersabda, “al-muslimu man salima al-muslimuna min lisanihi wa yadihi” (seorang muslim adalah di mana orang lain selamat dari lisan dan kekuasaannya).
Dalam banyak ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits ditegaskan tentang misi Ajaran Islam yang membawa ajaran kedamaian, keselamatan, kasih sayang dan bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Muslim yang baik adalah orang yang damai dalam dirinya dan selalu menebarkan kedamaian untuk orang lain agar terwujud kehidupan yang adil, maslahat, tentram dan penuh dengan kebahagiaan.
Itulah artikel tentang Islam artinya menurut bahasa. Semoga bermanfaat!
Islam disebarkan di Indonesia dengan cara perkawinan, kesenian, hingga Tasawuf. Sejarah masuknya Agama Islam di Indonesia ditengarai sudah terjadi sejak abad ke-7 Masehi. Perkembangan Agama Islam di Indonesia tidak terjadi secara spontan, melainkan melalui suatu proses penyebaran agama secara damai, responsif dan proaktif. Penelitian Achmad Syafrizal berjudul Sejarah Islam Nusantara dalam Jurnal Islamuna (2015) menyebutkan, sejak awal abad Masehi, kaum pedagang asing sudah mengunjungi beberapa pelabuhan di Indonesia, seperti Aceh, Barus, Palembang, Sunda Kelapa, hingga Gresik.
Berikut ini 3 cara penyebaran Agama Islam di Indonesia.
1. Perkawinan. Para pedagang yang datang lama-kelamaan menetap dan terbentuklah perkampungan yang dikenal dengan nama pekojan. Tahap selanjutnya, para pedagang yang menetap ada yang membentuk keluarga dengan penduduk setempat dengan cara menikah, misalnya Raden Rahmat dengan Nyai Manila. Mengingat pernikahan Islam dengan agama lain tidak sah maka penduduk lokal yang akan dinikahi harus memeluk Islam terlebih dahulu. Penyebaran Agama Islam dengan saluran ini berjalan lancar mengingat akan adanya keluarga muslim yang menghasilkan keturunan-keturunan muslim dan mengundang ketertarikan penduduk lain untuk memeluk Agama Islam.
2. Kesenian. Para pendakwah Islam awal di Jawa, terutama para Wali Songo, melakukan syiar Islam dengan cara memadukan ajaran agama dan tradisi lokal, seperti seni musik, tari, sastra, ukir, hingga bangunan. Beberapa strategi berkesenian dalam penyebaran Islam di Jawa di antaranya adalah pertunjukan wayang yang dilakukan Sunan Kalijaga dan permainan musik oleh Sunan Bonang.
3. Ajaran tasawuf, rupanya berpengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia sehingga turut andil dalam penyebaran Islam, sudah ada di Indonesia sejak abad ke-13 Masehi dan berkembang dengan cepat pada abad ke-17 Masehi. Terkait bukti adanya ajaran tasawuf di Indonesia dapat dilihat dari Sejarah Banten, Babad Tanah Jawi, Hikayat Raja-raja Pasai dan naskah-naskah lama lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam disebarkan di Indonesia dengan cara perkawinan, kesenian, hingga Tasawuf.
Sebelum Islam masuk ke Nusantara, masyarakat terlebih dulu mengenal Agama Hindu dan Buddha. Setelah Islam masuk ke Nusantara pada sekitar abad ke-8, perlahan-lahan mulai banyak masyarakat yang menganut Islam. Adapun daerah di Nusantara yang pertama kali mendapat pengaruh Islam adalah Pantai Utara Sumatera. Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu:
1. Jalur utara, berarti jalur masuknya Islam ke Indonesia dari Arab-Damaskus-Bagdad-Gujarat-Sri Lanka-Indonesia. Pada umumnya, masuknya Islam lewat jalur utara dibawa para pedagang dan saudagar kaya. Mereka melakukan perdagangan ke wilayah timur jauh hingga ke Asia Tenggara dan Indonesia. Para pedagang dan saudagar tersebut kemudian mulai menetap dan menyebarkan Agama Islam di wilayah Indonesia. Usaha tersebut berhasil hingga sekarang Indonesia menjadi negara Islam terbesar di dunia.
2. Jalur selatan, dimulai dari Mekkah dan Madinah-Yaman-Gujarat-Sri Lanka-Indonesia.
Di Indonesia terkenal dengan penduduknya yang mayoritas memeluk Agama Islam, budayanya, alamnya yang luas dan hasil bumi yang cukup banyak. Bukti sejarah Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 salah satunya adalah ditemukannya beberapa karya sufi abad tersebut. Sejarah masuknya Islam awalnya dibawa Pedagang Gujarat lalu diikuti Pedagang Arab dan Persia. Selanjutnya dalam buku Intisari SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) oleh Siti Wahidoh disebutkan, sebagian besar Orientalis tentang Islam berasumsi bahwa Agama Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 dan ke-13 M. Sambil berdagang mereka menyebarkan Agama Islam ke tempat mereka berlabuh di seluruh Indonesia. Meski begitu, ada juga yang berpendapat peristiwa ini terjadi pertama kali pada abad pertama Hijriyah.
Banyak yang berspekulasi jika Islam masuk ke Indonesia di abad ke-7 karena pada abad tersebut terdapat perkampungan Islam di sekitar Selat Malaka. Selain pedagang ada juga dengan cara mendakwah, seperti penyebaran di tanah jawa yang dilakukan para walisongo. Pendapat yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara abad 13 mengaitkannya dengan keruntuhan Dinasti Abbasiyah di Baghdad tahun 1258, berita dari Marcopolo tahun 1292 dan berita dari Ibnu Battuta tahun 1354.
Kemudian, bukti fisik mengenai hal ini adalah batu nisan Sultan Malik as Saleh di Samudra Pasai tahun 1297. Dengan kata lain, masuknya Islam ke Indonesia pada abad 13 ditunjukkan dengan adanya Kerajaan Samudra Pasai yang berlokasi di Sumatra.
Pendapat-pendapat ini lalu dipertegas dengan periode penyebaran tasawuf di Indonesia.
Terdapat tiga teori masuknya Agama Islam ke Indonesia.
1. Teori Gujarat, menerangkan Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 melalui pedagang Muslim India. Inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatra juga menggambarkan hubungan antara Sumatra dan Gujarat. Moquette turut berpendapat tentang teori Gujarat, menurutnya Agama Islam di Indonesia berasal dari Gujarat.
2. Teori Hamka, menerangkan bahwa masuknya Islam adalah sebelum abad ke-13 M, yaitu 7 M. Alasan yang mendasari penjelasan tersebut adalah pasca wafatnya Muhammad SAW tahun 632 M, kepemimpinan Islam ada di tangan khalifah.
3. Teori Persia, dikatakan bahwa Agama Islam masuk ke Nusantara dari Persia dan singgah di Gujarat pada abad 13. Ada kemiripan nisan pada kubur Malik Saleh dan Malik Ibrahim yang dipesan dari gujarat serta terdapat pengakuan masyarakat Islam atas mazhab Syafi'i di daerah Malabar.
Itulah bukti sejarah Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 M.
Islam adalah agama yang Rahmatan lil’alamin artinya yaitu Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia. Namun, masih banyak yang belum memahami maksud sesungguhnya.
Rahmatan lil’alamin adalah istilah qur’ani dan istilah itu sudah terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 107: ”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin)”.
Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau Islam dilakukan secara benar dengan sendirinya akan mendatangkan rahmat untuk orang Islam. Dikutip dari laman Institut Agama Islam Negeri Surakarta karya Dr Ismail Yahya, M.A Islam secara bahasa berarti damai, keamanan, kenyamanan dan perlindungan. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa rahmatan lil’alamin adalah bersatunya karunia Allah yang terlingkup di dalam kerahiman dan kerahmanan Allah.
Dalam konteks Islam rahmatan lil’alamin, Islam telah mengatur tata hubungan menyangkut aspek teologis, ritual, sosial dan humanitas. Dalam hadits riwayat An-Nasa'i, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang muslim itu adalah orang yang orang-orang lainnya merasa aman dari (kejahatan) lisan dan tangannya dan orang mukmin adalah orang yang manusia lainnya merasa aman atas darah (jiwa) dan harta mereka."
Begitu halnya dalam tataran ritual yang memang sudah ditentukan operasionalnya dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Islam sebagai agama secara normatif memastikan terwujudnya kedamaian dan keselamatan seluruh umat manusia dan orang muslim tidak lain adalah mereka yang mewujudkan nilai-nilai luhur Islam tersebut.
Namun dalam konteks kehidupan sosial, Islam sesungguhnya hanya berbicara mengenai ketentuan-ketentuan dasarnya saja, yang penerjemahan operasionalnya secara detail dan komprehensif tergantung pada kesepakatan dan pemahaman masing-masing komunitas, yang tentu memiliki keunikan berdasarkan keberagaman lokalitas nilai dan sejarah yang dimilikinya.
Entitas Islam sebagai rahmatan lil’alamin mengakui eksistensi pluralitas karena Islam memandang pluralitas sebagai sunnatullah, yaitu fungsi pengujian Allah pada manusia, fakta sosial dan rekayasa sosial kemajuan umat manusia.
Pluralitas, sebagai sunnatullah telah banyak diabadikan dalam Al-Qur’an, di antaranya Firman Allah dalam Surat Ar-Rum ayat 22 yang maknanya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh pada yang demikan itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”
Juga Firman Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 13 yang maknanya: “Hai manusia, sungguh kami menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan kalian berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Ayat-ayat tersebut menempatkan kemajemukan sosial sebagai syarat diterminan dalam penciptaan makhluk. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyerukan perdamaian dan kasih-sayang, antara lain surat Al-Hujurat ayat 10 yang memerintahkan kita untuk saling menjaga dan mempererat tali persaudaraan. Sebagai Umat Islam, kita harus memperhatikan secara serius, seksama dan penuh kejernihan terhadap Ukhuwwah Islamiyah dan Wathaniyyah. Dalam hidup bertetangga dengan orang lain, bukan famili, bahkan non-muslim, kita diwajibkan berukhuwwah dan memuliakan mereka dalam arti hubungan sosial yang baik. Gereja- gereja dan sinagog-sinagog boleh menyelenggarakan peribadatan tanpa harus ketakutan.
Selama hampir 23 tahun perjuangan kenabiannya, Rasulullah SAW selalu menggunakan pendekatan dialog secara konsisten sehingga misi kerahmatan lintas suku, budaya dan agama dapat dicapai dengan baik. Pada periode Madinah, beliau tetap konsisten menggunakan pendekatan peradaban, yaitu membangun ketenangan masyarakat, menerapkan kebebasan beragama dan kebebasan dalam melaksanakan ajaran agama masing-masing yang dituangkan dalam Mitsaq Madinah.
Islam adalah agama yang Rahmatan lil’alamin artinya yaitu kendati pun terjadi perang maka motifnya bukan ekonomi, tetapi motifnya adalah dakwah. Untuk itu, perang tidak boleh eksplosif, tidak boleh destruktif dan harus tetap menghargai HAM, yaitu tidak boleh membunuh orang sipil, anak-anak, perempuan, orang tua dan tidak boleh menghancurkan linkungan, fasilitas umum dan simbol-simbol agama serta tidak boleh membunuh hewan.