Umar
bin Khattab ra terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap,
menuju ke rumah adiknya. Saat itu di
dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan al-Quran
kepada Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya. Umar bin Khattab bin
Nafiel bin Abdul Uzza adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga
khalifah kedua Islam (634-644). Ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar,
segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi
lembaran Al-Quran.
Sebelum
masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya:
“Suara
apakah yang tadi saya dengar dari kalian?”
“Tidak
ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja.” jawab mereka.
“Pasti
kalian telah murtad.” kata Umar
dengan geram.
“Wahai
Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu?” jawab
ipar Umar.
Mendengar
jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras
hingga jatuh dan berdarah. Fatimah segera membangunkan suaminya yang berlumuran
darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka
berkatalah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:
“Wahai
Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah Rasulullah”
Melihat
keadaan saudara perempuannya dalam keadaan berdarah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar.
Lalu dia meminta lembaran Al-Quran tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya
mengatakan bahwa Umar najis, dan Al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh
orang-orang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi
jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah
mandi, Umar membaca lembaran tersebut: Bismillahirrahmanirrahim. Beliau
berkata:
“Betapa
indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad.”
Mendengar
ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata:
“Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah SAW pada malam
Kamis lalu adalah untukmu, beliau SAW berdoa: Ya Allah, muliakanlah Islam
dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab
atau Abu Jahal bin Hisyam. Rasulullah SAW sekarang berada di sebuah rumah di
kaki bukit Shafa.”
Umar
bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya. Tiba di sana dia
mengetuk pintu. Seseorang yang
berada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar
bin Khattab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beritahu
Rasulullah SAW dan mereka pun berkumpul. Hamzah bertanya:
“Ada
apa ?”
“Umar.”
Jawab mereka.
“Umar?!,
bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi
jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri.”
Rasulullah
SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar
dan membawanya menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memegang
baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata:
“Engkau
wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunkan kepadamu
sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah? Ya Allah inilah Umar bin
Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”.
Maka
berkatalah Umar:
“Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah
Rasulullah.”
Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram. Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita Kaum Muslimin.
No comments:
Post a Comment