Salah satu sahabat Nabi Muhammad, yaitu Umar bin Khattab, merupakan salah satu dari empat khalifah Islam yang memiliki karakter tegas dan bijaksana, dijuluki Al-Faruq. Khalifah Islam kedua bernama lengkap Umar bin Khatthab bin Nufail bin Abdul Izzy bin Rabah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka'ab bin Luay Al-Quraisy Al-'Adawy.
Nabi Muhammad bersabda: “Wahai Ibnu Al-Khaththab, demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, sesungguhnya tidaklah setan menemuimu sedang berjalan di suatu jalan kecuali dia akan mencari jalan lain yang tidak engkau lalui.”
Dengan demikian diketahui bahwa setan sangat takut terhadap sosok manusia bernama Umar bin Khattab.
Rasulullah memberinya gelar Al-Faruq kepadanya, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Sa’ad dari Dzakwan, seraya berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah, Siapakah yang memanggil Umar dengan nama Al-Faruq?", maka Aisyah menjawab: "Rasulullah".
Rasulullah memuji Umar bin Khattab dengan mengatakannya sebagai salah seorang yang diberkahi Allah karena kerap mendapatkan ilham. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya di antara orang-orang sebelum kalian terdapat sejumlah manusia yang mendapat ilham. Apabila salah seorang umatku mendapatkannya, maka Umar bin Khatthab-lah orangnya.” (HR. Bukhari).
Demikian artikel tentang amalan Umar bin Khattab ditakuti setan. Semoga bermanfaat!
Apakah bukti kesederhanaan Umar bin Khattab? Prinsip hidup sederhana yang ia pegang semata-mata untuk menjaga perasaan rakyat yang ia pimpin.
Ia paham betul hakikat harta yang diajarkan dalam Islam. Saat itu ia sudah menjabat sebagai khalifah, bisa saja ia membeli baju bagus yang baru, namun Umar memilih tetap memakai pakaian yang masih bisa ia pakai.
Pakaiannya bukan berbahan mahal, hanya kain sederhana yang bahkan dipenuhi dua belas tambalan, yang salah satu tambalannya itu ditambal dengan kain kulit berwarna merah. Umar bin Khattab juga mengajarkan prinsip kesederhanaannya itu kepada keluarganya, langsung menegur anggota keluarganya yang hidup dalam kemewahan, takut salah satu dari orang yang dicintainya kena fitnah karena harta kekayaan.
Ia juga tak mau keluarganya sampai kekurangan gizi, hidup dengan tidak layak.
Pada suatu hari, beliau terlambat datang ke masjid untuk menunaikan Fardlu Jum’at, berkata kepada para jamaah,”maafkan saya, saya terlambat karena mencuci pakaian saya terlebih dahulu, karena saya tidak memiliki baju lain yang dapat saya pakai.”
Apakah bukti kesederhanaan Umar bin Khattab? Kisah seperti di atas yang menunjukkan kesederhanaan Umar bin Khattab.
Abdullah bin Umar berkata, "Sesungguhnya pada waktu putri Umar bin Khattab, Hafsah menjanda, Umar berkata, 'Sungguh saya sudah menemui Utsman bin Affan. Saya menawarkannya untuk mempersunting putriku, Hafsah menjadi istrinya. Tapi sayang, dia menolak. Ketika menemuinya, saya berkata kepada Utsman, 'Jika engkau berkenan, saya ingin menikahkan putriku Hafsah kepadamu."
Utsman menjawab, "Akan saya pertimbangkan."
Setelah beberapa malam dia mempertimbangkan, dia menemuiku dan berkata, "Setelah saya pikirkan matang-matang saya memutuskan untuk tidak menikah lagi."
Kemudian saya pergi menemui Abu Bakar Ash Shiddiq dan mengatakan kepadanya, "Jika engkau berkenan, saya ingin menikahkan putriku Hafsah denganmu."
Waktu itu Abu Bakar terdiam dan tidak menyatakan apa-apa. Saya yakin keputusannya menolak sama seperti Utsman. Dari kedua penolakan itu, Umar merasa kecewa dan langsung melapor kepada Rasulullah. Beliau tersenyum.
Kemudian, Rasulullah bersabda, "Apakah engkau tidak mau menikahkan putrimu dengan yang lebih baik dari mereka berdua?"
Umar lalu bertanya penasaran, "Siapa orangnya wahai Rasulullah?"
Rasulullah menjawab, "Saya yang akan menikahinya."
Mendengar pernyataan Rasulullah, Umar bin Khattab sangat senang dan bahagia. Dia begitu bahagia mendengar langsung kabar gembira ini.
Rasulullah juga menjelaskan, bahwa Abu Bakar dan Utsman sebenarnya tidak menolak tawaran itu. Mereka memberikan jawaban seperti itu, karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah ingin menikahi Hafsah putri Umar bin Khattab.
Umar bin Khattab meneruskan ceritanya, dia mengatakan, "Setelah itu saya bertemu dengan Abu Bakar. Dia berkata kepada saya, "Semoga engkau mendapatkan orang yang lebih tepat untuk disandingkan dengan Hafsah, putrimu. Dan saya tidak ingin menarik pernyataan saya."
Saya menjawab, "Benar."
Abu Bakar berkata, "Sungguh tidak ada yang menghalangi saya jika saya ingin menarik pernyataan itu kepadamu. Tetapi saya sudah mengetahui hal itu sebenarnya. Rasulullah pernah mengungkapkan isi hatinya. Akan tetapi saya tidak mau menyebarkan rahasia Rasulullah. Seandainya beliau menolaknya, pasti saya akan langsung menyambut tawaran itu."
Ayah Umar bin Khattab bernamaAl-Khattab bin Nufail bin Abdul-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adi bin Ka'b. Umar merupakan satu di antara empat orang khalifah yang digolongkan sebagai Khulafaur Rasyidin, dilahirkan di Kota Mekkah dari Suku Bani Adi, salah satu rumpun Suku Quraisy, suku terbesar di Kota Mekkah ketika itu. Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas pertengahan, beliau dapat membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga diketahui karena fisiknya yang kuat, beliau dijadikan juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati Penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan kaum jahiliyah Mekkah ketika itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai anggota dari pelaksanaan hukum budaya Mekkah yang masih barbar. Menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa Kaum Muslim ketika itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang sangat mereka perhitungkan karena pakar strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang beliau lalui, juga dicatat sebagai orang yang sangat sering menyiksa pengikut Nabi Muhammad S.A.W.
Pada puncak kebenciannya terhadap petuah Nabi Muhammad S.A.W., Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi Muhammad S.A.W., namun ketika dalam perjalanannya beliau bertemu dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W. bernama Nu'aim bin Abdullah yang selanjutnya memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, agama yang dibawa Nabi Muhammad S.A.W. yang akan dibunuhnya ketika itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan maksud untuk menghukum saudara kandungnya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu masih membaca Al Qur'an. Beliau lebih marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya.
Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya beliau jadi iba dan selanjutnya memohon supaya bacaan tersebut dapat beliau lihat, diriwayatkan Umar jadi terguncang oleh yang beliau baca tersebut. Umar menyatakan memeluk Islam, seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal sangat keras menentang dan kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad S.A.W. selanjutnya memeluk agama yang sangat dibencinya tersebut. Akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan jadi kurang dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad S.A.W, dianggap sebagai seorang yang sangat disegani Kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena beliau diketahui sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad S.A.W.
Umar diketahui dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, beliau tetap hidup sangat sederhana. Pada lebih kurang tahun ke-17 Hijriah, tahun keempat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam akan mulai dihitung ketika peristiwa hijrah.
Umar bin Khattab dibunuh Abu Lukluk, seorang budak yang fanatik pada saat beliau akan memimpin Salat Subuh.
Demikian artikel tentang ayah Umar bin Khattab bernamaAl-Khattab bin Nufail bin Abdul-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adi bin Ka'b. Semoga bermanfaat!
Berikut ini kisah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang jarang tidur untuk rakyat. Manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang mereka lakukan di dunia. Umar bin Khattab merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk dalam kelompok Khulafaur Rasyidin. Empat orang khalifah tersebut terdiri dari empat sahabat rasul yang salah satunya adalah Umar bin Khattab.
Umar bin Khattab memulai kepemimpinannya pada tahun 634 M setelah masa kekhalifahan Abu Bakar Ash Shiddiq berakhir. Selama memimpin, Umar mendapat julukan Amir Al-Mu'minin atau pemimpin orang beriman sekaligus menjadi orang pertama dengan gelar tersebut. Di waktu yang seharusnya dia bisa beristirahat di tempat tidur mewah dan nyaman, Umar bin Khattab memilih 'blusukan' memastikan tak ada rakyat yang kelaparan.
Diceritakan dalam Kisah Hidup Umar ibn Khattab yang ditulis Mustafa Murrad, Umar dikenal sebagai sosok pemimpin yang rajin beribadah demi hajat rakyatnya.
Dikisahkan, Umar pernah meminta istrinya untuk menyiapkan bejana air pada suatu malam. Ternyata, bejana berisi air tersebut tujuannya untuk membuatnya tetap terjaga demi berdzikir sepanjang malam.
"Selepas Salat Isya, Umar menyuruhku (istri Umar) meletakkan bejana berisi air di samping kepalanya. Ketika terjaga, ia akan mencelupkan tangannya ke dalam air, lalu mengusap wajah dan kedua tangannya untuk kemudian berzikir sampai ia terkantuk dan tertidur lagi. Lalu Umar terjaga lagi, sampai tiba waktu ia benar-benar terbangun," bunyi keterangan dari buku Kisah Hidup Umar ibn Khattab.
Setelah Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab adalah teladan berikutnya bagi para pemimpin. Kisah Umar bin Khattab di atas membuktikan sifat Umar selama menjalankan kepemimpinannya. Dan pada dasarnya Kita semua adalah pemimpin, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW:
"Masing-masing Kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban tentang orang yang dipimpinnya. Penguasa adalah pemimpin bagi manusia, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anaknya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin terhadap harta tuannya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang harta yang diurusnya. Ingatlah, masing-masing Kalian adalah pemimpin dan masing-masing Kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya."
Menjadi pemimpin seperti Umar bin Khattab mungkin tak mudah, tapi setidaknya Kita berusaha agar bisa berlaku adil terhadap yang Kita pimpin. Berdoa kita agar senantiasa mendapatkan petunjuk kebenaran dari Alah SWT:
"Ya Allah, nampakkanlah kepada Kami kebenaran sebagai kebenaran dan berilah Kami kemampuan untuk mengikutinya dan nampakkanlah kebatilan sebagai kebatilan dan berilah Kami kemampuan untuk menjauhinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan seluruhnya di dunia maupun akhirat, yang Aku ketahui maupun yang tidak Aku ketahui."
Demikian kisah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang jarang tidur untuk rakyat. Semoga bermanfaat!
Umar bin Khattab Al Faruq artinya cerdas dan mampu membedakan yang hak dan yang bathil, merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang sangat disegani Masyarakat Arab, bahkan disegani pula oleh Kaum Quraisy, menjadi khalifah melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad dalam menyebarkan Agama Islam ke seluruh dunia.
Al Faruq merupakan salah satu gelar yang diberikan Rasulullah SAW kepada sosok sahabat setianya, Umar bin Khattab. Umar bin Khattab Al Faruq artinya cerdas dan mampu membedakan yang hak dan yang bathil.
Umar bin Khattab ayahnya siapa? Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari Bani Makhzum. Umar tumbuh sebagaimana anak-anak Quraisy pada umumnya, namun unggul dalam ilmu membaca karena ia adalah salah satu anak yang mempelajari ilmu membaca, memiliki julukan yang diberikan Nabi Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan, dibiasakan menggembalakkan unta sang ayah di lembah-lembah dan gunung di sekitar Madinah.
Umar sangat ingat akan masa kecil yang dipenuhi dengan banyak pembelajaran yang keras, Abdurrahman bin Hathib pernah bercerita, Umar berkata padaku, “Aku pernah mengembala ternak Al-Khattab di daerah ini. Ayahku adalah orang yang sangat keras dan kasar. Kadang aku disuruh menggembala dan kadang aku mengumpulkan kayu bakar.”
Dalam riwayat lain, Sa’id bin al-Musayyib menuturkan, “Umar pernah menunaikan ibadah haji. Ketika melewati Dhajnan, ia berkata, “Tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, Maha Tinggi dan Maha Agung. Dia memberi apa saja (dari karunia-Nya) kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Aku ingat, dulu aku menggembalakan unta Al-Khattab di lembah ini. Saat itu aku memakai baju wol. Al-Khattab adalah orang yang sangat keras, ia terus mengikutiku saat aku bekerja dan memukulku jika aku malas. Sekarang, aku telah menjadi seperti ini, tidak ada seorang pun yang menghalangi antara aku dan Allah.”
Umar bin Khattab merupakan seorang khalifah yang melanjutkan penyebaran Agama Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Nah, tahukah Kamu sifat Umar Bin Khattab? Sifat-sifat yang dimiliki oleh Umar bin Khattab adalah:
1. Sifat pemberani, membuat Umar bin Khattab mendapat julukan Singa Padang Pasir. Keberanian Umar diperlihatkan ketika berangkat hijrah ke Madinah, setiap orang hijrah dengan sembunyi-sembunyi, tetapi Umar berhijrah dengan menghunus pedangnya, menyandang busurnya dan memegang anak panahnya, lalu ia pergi ke Ka’bah untuk melakukan tawaf yang pada saat itu para pemuka sedang berada di serambi Ka’bah. Kemudian Umar pun mendekatinya dan berkata: “Siapa yang ingin ibunya mati nelangsa, anaknya menjadi yatim dan istrinya menjadi janda, maka silahkan menghadapi aku di balik lembah ini, dengan syarat tidak ada seorang pun yang menyertainya.” Sejak saat itulah, orang kafir Quraisy tidak ada yang berani menghalangi Umar bin Khattab melakukan hijrah.
2. Cerdas. Umar bin Khattab memiliki kecerdasan berdiplomatik, menurun dari nenek moyangnya. Setiap kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, Umar adalah orang yang paling bergegas untuk merekam yang telah nabi terima.
3. Sederhana. Dalam asas yang diriwayatkan Ibnu Jarin dan Abu Nu’aim dari Al Hasan dia berkata: “Ketika Umar bin Khattab sudah menjadi khalifah, di kain mantelnya ada dua belas tambalan."
4. Tegas. Beliau pernah memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang karena pengikutnya justru mendewakan Khalid bin Walid.
Umar bin Khattab termasuk sahabat dari Kaum Quraisy, menjadi sosok yang tidak asing di telinga muslim, yang hidup ratusan tahun yang lalu, termasuk dalam golongan orang pertama yang masuk Islam, merupakan salah satu sahabat utama Nabi Muhammad dan juga merupakan ayah dari Hafshah, istri Nabi Muhammad. Lahir di Makkah pada tahun 538 Masehi. Umar adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga dan di antara sahabat termasuk sahabat yang zuhud. Rasulullah SAW memberinya gelar "Al-Farooq". Beliau mengambil alih kekhalifahan Islam setelah kematian Abu Bakar Ash-Shiddiq pada tanggal 23 Agustus 634 M, bertepatan dengan tanggal dua puluh dua Jumadil Akhir tahun 13 H.
Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok yang berani di kalangan Suku Quraisy. Umar termasuk salah satu pemimpin yang hebat dan suri teladan dalam masalah keislaman serta beberapa hadits menyebutkan dirinya sebagai sahabat nabi paling utama setelah Abu Bakar. Tidak seperti umat muslim saat itu yang menyembunyikan keimanannya karena takut akan disiksa Kaum Quraisy, Umar bin Khattab justru terang-terangan dalam menunjukkannya, memiliki julukan yang diberikan Nabi Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar secara tegas. Sebelum menjadi seorang Muslim, Ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa Kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan karena mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui.
Sebagai salah satu sahabat terdekat, Umar bin Khattab selalu ada di samping Rasulullah SAW, termasuk ketika Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah tahun 622 Masehi, dikenal sebagai pemimpin yang sederhana.
Berbeda dengan pemimpin pada umumnya, Umar bin Khattab adalah sosok yang sederhana dalam kesehariannya. Meski memiliki kehidupan yang sederhana, Umar bin Khattab adalah pemimpin yang hebat.
Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani Kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad dan Ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama dia ikut menyiksa para pengikut Nabi Muhammad.
Pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad pada 8 Juni 632 M, suasana sedih dan haru menyelimuti Kota Madinah, sambil berdiri termenung Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, menghambat siapa pun memandikan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkata "Sesungguhnya beberapa orang munafik menganggap bahwa Nabi Muhammad telah wafat. Sesungguhnya dia tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti dilakukan Musa bin Imran yang pergi dari kaumnya. Demi Allah dia benar-benar akan kembali. Barang siapa yang beranggapan bahwa dia wafat, kaki dan tangannya akan kupotong."
Abu Bakar menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan,
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad, Nabi Muhammad sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati!"
Abu Bakar mengingatkan kepada para Pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Nabi Muhammad, seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an dan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah peristiwa itu, Umar sadar kesalahannya dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
Pada sekitar tahun ke-17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar bin Khattab termasuk sahabat dari Kaum Quraisy mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Umar bin Khattab dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW, yang penuh dedikasi dan dihormati penduduk Mekkah. Ketegasan dan keberaniannya sering dijadikan motivasi umat muslim. Langsung saja simak kata-kata Umar bin Khattab berikut ini:
"Jangan menunda pekerjaan hari ini sampai besok, jangan sampai pekerjaan menumpuk dan Kamu tidak akan mencapai apa-apa."
"Janganlah kamu berburuk sangka dari kata-kata tidak baik yang keluar dari mulut saudaramu, sementara Kamu masih bisa menemukan makna lain yang lebih baik."
"Ya Allah, sesungguhnya aku ini orang yang keras, maka lunakkanlah aku. Sesungguhnya aku adalah orang yang lemah, maka kuatkanlah aku.Sesungguhnya Aku adalah orang yang bakhil, maka jadikanlah Aku orang yang dermawan."
"Jangan sekali-kali kalian terkagum dengan bagusnya seseorang dalam menyampaikan ucapan. Tetapi seseorang yang menunaikan amanah dan menahan diri dari membicarakan kehormatan orang lain, dialah pria sejati."
"Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa."
"Orang yang mau menunjukkan di mana letak kesalahanmu, itulah temanmu yang sesungguhnya. Sedangkan mereka yang hanya menyebar omong kosong dengan selalu memujimu, mereka sebenarnya adalah para algojo yang justru akan membinasakanmu."
"Jangan bersedih atas apa yang telah berlalu, kecuali kalau itu bisa membuatmu bekerja lebih keras untuk apa yang akan datang."
"Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku."
Umar bin Khattab menjadi khalifah selama berapa tahun?
Usai Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq RA memerintah dan memimpin Islam selama dua tahun lamanya, Abu Bakar RA jatuh sakit, membuat Umar bin Khattab merasa khawatir bila tidak menemukan pengganti Abu Bakar RA secepatnya.
Akhirnya, Umar RA bermusyawarah dengan para sahabat guna mempertimbangkan yang pantas menggantikan Abu Bakar RA menjadi khalifah. Abu Bakar RA mengungkapkan beberapa kriteria yang harus dimiliki seorang khalifah. Berdasarkan masukan-masukan yang diterima, Abu Bakar RA kemudian memilih Umar bin Khattab untuk menggantikannya menjadi khalifah.
Abu Bakar RA pun lalu membuat bai'at yang berisi penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya dan dengan demikian, orang-orang mukmin harus patuh terhadapnya. Umar RA dijadikan khalifah dengan dibai'at pada bulan Jumada al-Akhirah tahun 13 Hijriyah, tetapi Az-Zuhri mengatakan bahwa Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah pada hari kematian Abu Bakar, tepatnya delapan hari sebelum bulan Jumada al-Akhirah.
Selama masa Umar bin Khattab menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar ash-Shiddiq, ia menghadapi banyak sekali persoalan yang menantinya. Misalnya, perang dan perdamaian, banyak masyarakat yang tidak mau membayar zakat dan masalah sosial lainnya.
Permasalahan- permasalahan yang muncul pada masa itu berkaitan dengan keberagaman bangsa Arab dan perluasan wilayah kekuasaan Islam. Meski demikian, masa pemerintahan Umar bin Khattab merupakan masa yang gemilang bagi perkembangan dan kemajuan Agama Islam.
Ada banyak sekali prestasi yang telah diraih pada masa itu, seperti dalam bidang perluasan wilayah, penataan administrasi negara, bidang perekonomian, keamanan serta ketertiban masyarakat dan sebagainya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Umar bin Khattab adalah sebagai pendiri Negara Islam.
Penyebutan Umar bin Khattab sebagai pendiri negara Islam tidak dikaitkan antara pendirian sebuah negara dengan kekhalifahan.
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk, seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin Salat Subuh, adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk terhadap Umar, merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar, terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M.
Jadi Umar bin Khattab menjadi khalifah selama berapa tahun? Ia menjadi khalifah selama 10 tahun.